Jika Anda memiliki keluarga atau kerabat yang mengalami depresi, pastikan mereka terhindar dari gangguan tidur. Sebuah studi baru menemukan bahwa mimpi buruk dan kepercayaan yang tidak sehat seputar tidur dapat meningkatkan risiko bunuh diri di kalangan orang-orang yang menderita depresi.
Hasil temuan dari studi baru ini memperkuat hasil dari studi sebelumnya yang menghubungan gangguan tidur atau insomnia dengan risiko bunuh diri. Oleh karenanya, para dokter menyarankan pada mereka yang mengalaminya untuk melakukan pengobatan sehingga dapat mengurangi risiko tersebut.
Kepercayaan yang keliru seputar tidur dapat meliputi beberapa bentuk, contohnya tidur tidak nyenyak pada satu malam dapat menganggu tidur selama satu minggu penuh, atau kurang tidur memiliki konsekuensi yang mengerikan dan tidak dapat diubah. Pemikiran-pemikiran seperti itulah yang membawa suasana putus asa, yang dapat dikaitkan pada risiko bunuh diri.
"Insomnia dapat secara spesifik menyebabkan putus asa, dan keputusasaan dengan sendirinya merupakan prediktor kuat untuk bunuh diri," ungkap peneliti Dr W. Vaughn McCall, ketua Departemen Psikiatri dan Perilaku Kesehatan di Georgia Health Sciences University di Augusta.
Kendati demikian, faktor-faktor yang berkontribusi terhadap risiko bunuh diri tidak sama untuk semua orang, "Untuk beberapa pasien, saya pikir masalah tidur merupakan bagian dari gejala depresi," kata McCall. (kompas/shutterstock)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar